Rabu, 19 Agustus 2020

Perdagangan Budak Kulit Hitam Dan Putih Tawanan Barbary Corsair

Bagaimana perdagangan budak kulit hitam dan putih yang sempat menakutkan penduduk pesisir Eropa? Bajak laut Barbary Corsair tidak hanya menargetkan kapal perdagangan, tetapi juga pemukiman sepanjang pinggir pantai yang tidak dijaga. Mereka menangkap semua orang tanpa mengenal usia, pria dijadikan pekerja paksa, sementara wanita dijadikan budak seks.


Perdagangan Budak Kulit Hitam Dan Putih
The Slave Market, Wikimedia Commons
Perbudakan sudah ada sejak dulu kala, salah satunya yang terkenal di zaman Babilonia yang mencatat perdagangan budak dalam Code Hammurabi pada abad ke-18 SM. Hampir setiap kalangan mempunyai budak sendiri atau memperbudak orang lain. Diabad ke-16 hingga 19, eropa mengalami guncangan hebat karena perdagangan budak Afrika dan budak kulit putih disekitar Mediterania. Saat itu diperkirakan lebih dari 1 juta orang Eropa diperbudak oleh bajak laut Barbary Corsairs, kehidupan budak kulit putih ini diperlakukan sama seperti budak Afrika.

Perdagangan Budak

Bagaimana awalnya bajak laut ini muncul dan mulai mencekam penduduk Eropa? Beberapa abad sebelumnya, atau abad ke-13 dan 14, bajak laut Eropa dari Catalonia dan Sisilia mendominasi lautan. Mereka adalah ancaman utama para pedagang Mediterania. Di abad ke16, bajak laut Eropa memperkenalkan kapal-kapal canggih ke pelabuhan Barbary. Sejak dikenalkanya kapal-kapal baru ini, Corsair mulai agresif dan menyerang kapal pedagang Eropa.

Antara tahun 1609 dan 1616, Inggris kehilangan 466 kapal dagangnya hanya dalam 7 tahun (1609-1616). Mereka menangkap non-Muslim untuk dijual sebagai budak atau tebusan, tawanan yang masuk Islam umumnya dibebaskan. Saat itu Pantai Barbary dan imigran yang terusir dari Spanyol dibawah perlindungan Ottoman.

Perdagangan budak saat itu dilakukan oleh bajak laut atau Corsairs sejak abad ke-16. Mereka melakukan aksinya di sepanjang pantai Barbary. Yang saat ini mencakup wilayah Maroko, Algeria, Tunisia, dan Libya. Siapa pun yang belayar di Mediterania merasa khawatir akan ditangkap oleh Corsair dan dibawa ke kota Barbary Coast untuk dijual sebagai budak. Kadang-kadang Corsair juga menyerang pemukiman di pesisir Italia, Prancis, Spanyol, Portugal, Inggris, Irlandia, bahkan sampai ke Belanda dan Islandia. Mereka mencari pantai yang tidak dijaga dan menyusup ke desa-desa untuk menangkap calon budak.

Baca juga: Kesultanan Mamluk Mesir Hancur Diserang Napoleon Perancis

Penduduk desa Baltimore di Irlandia pernah merasa ketakutan, hampir seluruh penduduknya ditangkap dan dijadikan budak kulit putih sekitar tahun 1630. Sejak kejadian itu, banyak penduduk pesisir Mediterania pindah ke tempat yang aman. Penyerbuan Barbary Corsair di pantai pesisir ini merupakan kejadian yang sangat mengerikan.

Mereka menyerbu pada malam hari bersenjatakan senapan, menunggu di depan pintu setiap rumah. Ketika semua sudah siaga di posisi depan rumah, kapten memerintahkan secara serentak untuk mendobrak setiap rumah dan menggeret penghuni yang sedang tidur. Setidaknya ada 33 wanita, 20 pria, dan 54 anak-anak dari Baltimore diseret ke dalam kapal. Setelah mendapatkan korbannya, Corsair kemudian kembali ke Algiers dan menjual budak kulit putih ini.

Awal tahun 1600-an diperkirakan 35,000 budak Eropa ditahan di Pantai Barbary. Mayoritas pelaut Eropa dan sisanya penduduk desa pesisir. Dari tahun 1450 hingga 1700, perdagangan budak yang masuk ke Istanbul sekitar 2,5 juta.

Budak yang tertangkap bajak laut ini banyak yang tidak bertahan hidup. Ada yang meninggal di kapal selama perjalanan karena penyakit dan kekurangan makanan. Perdagangan budak saat itu diarak ke hadapan calon pembeli, mereka dirantai dan nyaris tanpa sehelai pakaian. Para pembeli memeriksa setiap sudut fisik sebelum membelinya. Pada umumnya budak pria dimanfaatkan untuk tenaga kerja kasar di pertambangan, bangunan, dan nasib terburuk jika dijadikan budak dayung kapal. Budak kapal ini dibelenggu rantai, tidur, makan, dan buang air, ditempat duduknya masing-masing. Pengawas akan mencambuk budak-budak yang dianggap malas dan banyak alasan.

Baca juga: Lawrence of Arabia, Mata-Mata Inggris Yang Mendalangi Pemberontakan Arab

Sementara budak wanita kulit putih yang masih muda paling mahal dan paling laris, mereka dijadikan sebagai selir. Wanita yang sudah tua dijadikan pembantu rumah tangga yang sudah pasti harganya murah. Budak kulit putih yang masih anak-anak kebanyakan dibesarkan dan diajarkan menjadi seorang Muslim. Kemudian anak laki-laki yang telah terdidik dipilih dan nantinya dimasukkan kedalam Korps tentara Ottoman.

Antara tahun 1785 dan 1815, sekitar 700 orang Amerika juga ditahan di pantai Barbary sebagai budak. Setiap tahunnya diperkirakan ada 8500 budak baru yang tertangkap. 

Barbary Corsair Dari Luar Afrika

Menurut Robert Davis dalam bukunya "Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery", perdagangan budak Barbary umumnya digambarkan sebagai bajak laut Muslim yang menangkap korban kulit putih Kristen. Tetapi kenyataannya, Corsairs tidak peduli dengan ras ataupun agama. Korban yang menjadi budak Barbary adalah mereka yang berkulit hitam, coklat, putih, dan agamanya bisa saja Katolik, Protestan, Ortodoks, Yahudi bahkan Muslim. Bajak laut Corsairs bukan hanya Muslim, mereka ini juga ada yang berasal dari pasukan Inggris dan kapten Belanda. Selama ini banyak orang menganggap perbudakan selalu bersifat rasis, tetapi kenyataannya tidak demikian.

Baca juga: Peristiwa Perancis Menjajah Kairo Dan Menodai Mesjid Al-Azhar

Bajak laut mulai berkurang ketika Eropa mulai memperkuat angkatan lautnya untuk melindungi perdagangan mereka. Dia awal abad ke-19, Amerika dan beberapa negara Eropa mulai melawan balik para perompak Barbary. Algeria sering dibombardir oleh Prancis, Spanyol, dan Amerika, sehingga memaksa Corsair untuk menyetujui persyaratan penghentian memperbudak kulit putih, tetapi perdagangan budak non-Eropa tetap diizinkan.

Antara tahun 1580-1680, sekitar 15000 orang Eropa Kristen yang masuk Islam bergabung kedalam Barbary Corsair. Setengah dari kapten Corsair adalah orang Eropa, kebanyakan pendatang dari luar Afrika justru mencari peluang ditengah maraknya perdagangan budak. 

Perdagangan budak mulai berkurang sejak Swedia dan Amerika Serikat mengalahkan mereka dalam Perang Barbary tahun 1800-1815. Di tahun 1816, kapal-kapal Inggris dan Belanda membom Algiers selama sembilan. Perdagangan budak berakhir ketika Prancis menaklukkan Algeria (1830-1847).

Referensi

  1. Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500–1800. By Robert C. Davis (2003)
  2. British Slaves on the Barbary Coast. By Robert Davis, BBC History (2011)
  3. Trans-Saharan Slave Trade. Wright, John (2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar