Sabtu, 02 Mei 2015

Penebang pohon dan si Lubak





Penebang pohon dan si Lubak
Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah penebang kayu yang baik. Pada suatu hari saat penebang kayu sedang menebang kayu di gunung ia menemukan seekor lubak  yang dikejar oleh pemburu.
Dengan mata memohon belas kasihan rusa itu bercerita saat ia melihat penebang kayu.
Lubak : “Tolonglah aku. Pamburu-pemburu itu mengejarku”
Penebang kayu : “ bagaimana cara… membantumu?”
Lubak : “ Ya, jika kau menolongku tentu kau akan mendapat balasan

Penebang kayu : “ Cepat bersembunyi di sini, ”
Penebang kayu dengan segera menyembunyikan lubak ke  balik kayu berlubang yang barusan ditebang. Kayu itu belum terputus. Tak lama berselang, seorang pemburu bertanya padanya


Pemburu: “ Apakah kau melihat seekor lubak?”
Penebang kayu : “ Lubak? Aku tak melihatnya. Aku sedang sibuk menebang kayu”

Begitulah, pemburu akhirnya turun gunung dengan lesu karena kehilangan lubak. Suara langkah kaki pemburu itu berangsur menghilang, lubak pun muncul kembali
Lubak : “Terima kasih karena menyelamatkanku. Aku tak akan melupakan kebaikanmu”
Penebang pohon: “Terima kasih kembali… ,mulai selanjutnya berhati-hatilah agar tidak dikejar oleh pemburu-pemburu itu ….. tapi mereka tak ingin membunuhmu”

Lubak: “kenapa begitu, ia kan membawa senapan”
Penebang pohon: “kamu hanya akan dibuat pingsan dan kamu akan dipelihara di kebunnya untuk memakan kopi dan taimu dijual.”
Lubak : “ ha …… artinya nyawaku tidak terancam?”

Penebang pohon: ”ya … Cuma bedanya kamu terkungkung dan dapat makan enak tanpa bersusah payah.”
Lubak: “aku ingin bebas ….. apa yang bisa kubantu?”
Penebang pohon: “aku ingn seorang istri tapi gadis yang kusuka tidak menyukaiku. Bisakah kamu membantuku!?”
Lubak membisiki sesuatu dan Penebang pohon sepakat.
Ketika seorang gadis memcuci pakaian, Lubak mengambil semua pakaian tersebut dan membawanya lari.
Penebang pohon datang membant mengejar lubak. Ia kembali dengan sekeranjang pakaian. Sang gadis pun bersedia dinikahi. Penebang pohon semakin giat bekerja hingga sanggup membahagiakan istrinya. Mereka dikaruniai dua orng anak yang manis.
Penebang pohon duduk enggan diantara kayu yang baru ditebangnya. Lubak datang menghibur, mereka ngobrol panjang lebar kadang tertawa dan kadang tampak tegang. Penebang pohon menceritakan kesulitannya karena kebutuhan semakin banyak. Lubak menyarankan agar Penebang pohon menanam kopi dan Lubak memakannya. “tugasku makan dan menelorkan kopi luwak, kamulah yang menjualnya. Aku akan membantumu tanpa mengurungku.”
Penebang pohon sangat bahagia, ia mendirikan resto kopi luwak di sebuah gunung, dan para tamu sangat menyayangi si Lubak. Mereka hidup bersama hingga akhir hayat. 

Sang Harimau dan sang Tikus





Sang Harimau dan sang Tikus
Seekor harimau sedang tidur dengan lelap di dalam hutan, dengan badannyanya yang besar ia bersandar pada bongkol kayu dan kepala diatas  telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara tidak sengaja berjalan di dekatnya, dan setelah tikus itu sadar bahwa dia berjalan di dekat seekor harimau  yang tertidur, sang Tikus menjadi ketakutan dan berlari dengan cepat, tetapi karena ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung menginjak dan meenggoyangkan kumis sang Harimau  yang sedang tidur. Sang Harimau  menjadi terbangun dan “haaaaacciiiihhhh……” ini karena kumis mengilir-ilir hidungnya. Dengan sangat marah ia menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar.
"Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya akan membalas kebaikanmu."
Harimau hanya memandang tetapi karena tidak lapar, akhirnya ia melepaskan tikus kecil itu.
Suatu hari, ketika sang Harimau sedang minum di sungai, sang Harimau tertangkap oleh jala ikan  yang ditebarkan oleh manusia. Karena tidak dapat membebaskan dirinya sendiri, sang Harimau  mengaum dengan marah ke seluruh hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya mendengarkan auman itu dan ia tak dapat membantu. Sang Tikus hanya berdoa dan berdoa. Entah karena manusia lalai atau memang karena beruntung ia berhasil  membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Sang Tikus kemudian merasa khawatir karena suara auman itu menghilang. Karena penasaran sang Tikus memaksakan diri melihat dari kejauhan. Oh ternyata ada beberapa tikus muda menggigiti tali jala. Ia lega menyaksikan sang Harimau terbebas.

Kebaikan hati selalu mendapat balasan yang baik dari manapun datangnya.