Sabtu, 03 Juni 2023

Kehidupan Kami

 Kehidupan Kami



"Kalau ga ada dia, mungkin saja aku ga bisa melewati semuanya" Desember 2016

Setiap kita pasti pernah dihadapkan pada sebuah pengambilan keputusan yang sulit. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Bahkan ketika kita sendiri tak tahu apakah keputusan kita adalah yang terbaik? Bagaimana jika tak sesuai harapan? "Ada hikmah dari setiap perjalanan hidup"


Masa Kecil

Kehidupan Kami


Nampak para pegawai di salah satu kafe sedang berkumpul dibalik pintu, tengah bersiap menyambut pemilik kafe tersebut. Jafar Mustafa. Seorang laki-laki tampan berusia 22 tahun dengan tinggi 170cm itu tiba didepan kafe besar yang merupakan miliknya. Salah satu karyawan membukakan pintu mobil hitam tersebut dan keluarlah seorang pria dari dalamnya.

"Ah, kamu ini, ga perlu lah sampai buka pintu segala" ucap Jafar pada karyawannya

Karyawan itu hanya tersenyum sambil menunduk sedikit. Jafar cukup terkenal di daerahnya. Bagaimana tidak, seorang pengusaha muda, memiliki kafe di beberapa kota, tampan, dan merupakan lulusan universitas di luar negeri. Tapi disamping kepopulerannya, Jafar merupakan sosok pria yang kalem, namun tegas.

Jafar berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Dia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia memiliki dua adik perempuan yang masih sekolah di bangku SMP dan SMA. Saat Jafar berumur 7 tahun, ia pernah mengalami gagal ginjal yang mengharuskannya melakukan transplantasi ginjal.


----

Pada tahun 1999, Jafar dilarikan ke rumah sakit karena ga sadarkan diri. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan untuk melakukan transplantasi ginjal secepatnya, karena salah satu ginjalnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, yang ditakutkan akan infeksi dan menyebar ke organ lain. Di sisi lain, ada seorang anak perempuan yang sedang duduk di kursi roda ditemani ibunya. Gadis itu melihat kedua orang tua Jafar sedang menangis karena tidak tahu harus mencari ginjal kemana. Terlebih jika ada yang menjual, pastinya harganya tidak murah. Hal itupun terdengar oleh gadis kecil itu

"Ummi, aku boleh bantu mereka ga?" tanya gadis itu pada ibunya
"Cukup bantu do'a nak" jawab ibu dari gadis itu sambil mengusap kepalanya

Tak lama, dokter datang menghampiri gadis itu untuk melakukan pemeriksaan.

"Dok, aku bisa ga kasih ginjal aku untuk anaknya ibu itu?" tanya gadis kecil itu
"Loh, kok bisa punya pikiran seperti itu?" tanya dokter
"Aku takut aku ga bisa sembuh, aku ingin kasih ginjal aku untuk anak itu" ucap gadis itu

Gadis berusia 6 tahun sudah berbicara seperti itu. Ibunya hanya bisa menangis mendengar ucapan anak satu-satunya itu. Gadis itu biasa disapa dengan panggilan Naya. Naya menderita sakit kanker darah dan sudah menjalani pengobatan selama hampir enam bulan. Ibunya menatap Naya yang wajahnya sedikit pucat, dengan tatapan yang sayu disertai air mata yang mengalir perlahan di pipinya.

"Boleh kan ummi?" tanya Naya pada ibunya sembari tersenyum

Ibunya hanya bisa memeluknya sambil mengangguk. Sebenarnya ia masih merasa ragu, namun ia berusaha untuk ikhlas dengan permintaan anaknya itu. Karena yang ia takutkan kalau ini adalah permintaan terakhir anaknya.

Pertemuan Pertama

Kehidupan Kami


"Kenapa kamu mau berbuat seperti itu?" tanya ibunya Naya
"Kan kata ummi kita harus saling tolong menolong sesama muslim" jawab Naya
"Tapi nanti kamu sakit" kata ibunya sambil terus memeluk Naya
"Naya gamau liat mereka sedih, ummi" ucap Naya dengan polos

Naya hidup hanya berdua bersama ibunya, ibu Yuli. Naya adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki. Jika harus kehilangan Naya secepat itu, tentulah tidak siap. Abahnya sudah meninggal satu tahun lalu karena kecelakaan kerja.

"Ummi solat dulu ya" ucap Yuli dijawab dengan anggukkan Naya

Beberapa saat setelah shalat, ia berdoa pada Allah, berharap yang terbaik untuknya, maupun untuk Naya. Berdoa agar diberikan kekuatan dalam menghadapi apa yang akan terjadi didepan. Di ruang rawat inap, Naya sedang duduk sambil memeluk boneka kelincinya, seolah sedang bermain dengan seseorang. Yuli kembali bertanya pada Naya perihal keinginannya untuk melakukan donor ginjal itu.

"Boleh ummi?" tanya Naya
"Iya boleh, berdoa sama Allah ya nak" ucap Yuli
"Makasih ummi, Naya janji akan jadi anak yang baik, dan shalihah, seperti yang dibilang abah" kata Naya

Keesokan harinya, dilaksanakanlah operasi transplantasi ginjal itu. Beberapa jam sebelum operasi, Naya bertemu dengan Jafar di satu ruangan. Orang tua Jafar begitu sangat berterima kasih kepada Naya.

"Hai, aku Naya" ucap Naya dengan nada khas anak berusia 6 tahun
"Aku Jafar" jawab Jafar yang sedang terbaring di kasurnya
"Naya seneng punya temen baru, ummi" kata Naya pada ibunya
"Kenapa kamu mau kasih ginjal kamu?" tanya Jafar
"Kata abah, Naya harus saling tolong menolong dan Naya harus ikhlas, karena kalau ikhlas, Allah bakal membalasnya berkali-kali lipat" kata Naya

Sontak ucapan itu membuat semua yang ada diruangan itu kaget. Benarkah anak berusia 6 tahun sudah dididik seperti itu? Serasa tak percaya, orang tua Jafar kembali menanyakan keyakinan Naya untuk mendonorkan ginjalnya

"Tapi nanti kalau kamu sakit gimana?" tanya Rima, ibunya Jafar pada Naya
"Kata ummi, sakit itu penggugur dosa" jawab Naya sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya
"Semalam Naya mimpi ketemu abah. Kata abah, Naya harus banyak berdoa. Naya pengen masuk syurga, sama seperti abah, ummi" lanjut Naya

Yuli langsung menangis sembari memeluk Naya. Beberapa saat kemudian, berjalanlah operasi itu. Singkat cerita, operasi selesai dilakukan, dan dinyatakan berhasil. Kini Naya hanya hidup dengan satu ginjal saja.

Saat Jafar mulai sadar dari efek bius, di sisi lain, Naya belum sadarkan diri. Orang tua Jafar menawarkan untuk membiayai semua biaya Naya, namun saat itu Yuli menolak dengan halus. Beberapa hari kemudian, Jafar diperbolehkan untuk pulang, namun sebelum pulang, ia mengajak orang tuanya untuk menengok Naya. Saat mereka ke kamarnya Naya, terlihat Yuli sedang menangis dihadapan Naya yang sedang terbaring tidak berdaya. Karena kepolosan Jafar, ia berfikir Naya sedang tidur. Tapi orang tua Jafar menyadari, kalau ada sesuatu yang tidak beres. Merekapun mengajak Jafar untuk pulang, membiarkan ibunda Naya menenangkan diri. Namun sebelum pulang, Jaka, ayahnya Jafar, pergi ke bagian administrasi dan melunasi semua biaya pengobatan Naya. Namun disaat itu juga, ternyata Jaka menggadaikan mobilnya untuk menambah biaya rumah sakit. Karena ia merasa Naya sudah menyelamatkan hidup anak laki-lakinya itu.

Sebuah Peristiwa

Kehidupan Kami


Bertahun tahun berlalu. Kini Jafar tengah menjalankan pendidikan di luar negeri. Bagaimana bisa ia menjalankan pendidikan di luar negeri, jika keluarganya terbilang biasa saja? Ia mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Saat itu Jafar memilih untuk kuliah di Le Cordon Bleu, Australia. Sebagai seorang anak laki-laki, Jafar memiliki hobi yang sedikit berbeda dengan anak laki-laki pada umumnya. Ia sangat suka memasak. Dan universitas tersebut disebut sebagai Universitas Kuliner terbaik di Prancis yang sudah tersebar di banyak negara, termasuk Australia.

Pada tahun 2012, Jafar mulai bekerja sampingan di kafe yang cukup besar disana. Berkat kegigihannya dalam belajar dan bekerja, owner kafe tersebut sangat puas dengan kinerja Jafar disana. Dari yang semula ia bekerja sebagai asisten koki, ia diangkat menjadi koki. Saat ia ditawari untuk memegang jabatan sebagai kepala koki, Jafar menolak karena ia merasa sangat senang dengan pekerjaannya sekarang. Jika ia menjadi kepala koki, yang berarti ia tidak akan fokus pada masakan saja. Ia juga harus fokus pada manajemen dapur yang ia naungi.

Pada akhir tahun 2013, Jafar lulus kuliah, dan ia juga hendak resign dari pekerjaannya. Disinilah awal mula ia mulai dikenal. Ternyata, owner kafe tempat ia bekerja memiliki satu cabang di Indonesia yang hanya dijalankan oleh satu orang kepercayaannya. Dan ia menunjuk Jafar untuk menjalankan kafe tersebut. Tentunya Jafar menerimanya, karena salah satu mimpinya adalah memiliki usaha kuliner sendiri.

Singkat cerita, Jafar menjalankan usaha bosnya dengan baik hingga dalam waktu satu tahun saja, ia sudah membuka banyak cabang di kota-kota besar. Kembali ke awal kisah dimana Jafar sedang disambut oleh para karyawannya, itu merupakan cabang yang baru saja ia buka. Tak lupa ia juga mengajak kedua orang tuanya dan kedua adik perempuannya. Namun saat itu Jafar harus datang terlebih dahulu untuk acara pemotongan pita dalam pembukaan cabang barunya. Sementara keluarganya akan menyusul.

Acara pembukaan cabang tersebut berjalan dengan lancar, namun keluarga Jafar belum juga datang. Jafarpun mencoba menghubungi ibunya, namun nomornya tidak aktif. Begitu juga dengan nomor ayahnya. Sampai akhirnya ia mencoba menelefon ke nomor adik pertamanya, Jingga. Namun belum sempat menelefon, seseorang menghampirinya dengan nafas terengah-engah

"Lo susah banget dihubungi" ucap Satrio, sahabatnya Jafar
"Kenapa lo?" tanya Jafar memperhatikan Satrio

Satrio menghela nafas, kemudian membisikkan sesuatu pada Jafar. Hal yang membuat Jafar langsung merasa lemas. Keluarganya mengalami kecelakaan. Dikabarkan mobil yang mereka tumpangi tabrakan dengan mobil lain, dan mobil tersebut berhasil melarikan diri. Seketika suara dalam telinga Jafar menjadi hening. Dengan tergesa-gesa, Jafar meminta kunci mobil pada supirnya dan langsung berangkat menuju rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar