Penebang pohon dan si Lubak
Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah
penebang kayu yang baik. Pada suatu hari saat penebang kayu sedang menebang
kayu di gunung ia menemukan seekor lubak yang dikejar oleh pemburu.Dengan mata memohon belas kasihan rusa itu bercerita saat ia melihat penebang kayu.
Lubak : “Tolonglah aku. Pamburu-pemburu itu mengejarku”
Penebang kayu : “ bagaimana cara… membantumu?”
Lubak : “ Ya, jika kau menolongku tentu kau akan mendapat balasan
Penebang kayu : “ Cepat bersembunyi di sini, ”
Penebang kayu dengan segera menyembunyikan lubak ke balik kayu berlubang yang barusan ditebang. Kayu itu belum terputus. Tak lama berselang, seorang pemburu bertanya padanya
Pemburu: “ Apakah kau melihat seekor lubak?”
Penebang kayu : “ Lubak? Aku tak melihatnya. Aku sedang sibuk menebang kayu”
Begitulah, pemburu akhirnya turun gunung dengan lesu karena kehilangan lubak. Suara langkah kaki pemburu itu berangsur menghilang, lubak pun muncul kembali
Lubak : “Terima kasih karena menyelamatkanku. Aku tak akan melupakan kebaikanmu”
Penebang pohon: “Terima kasih kembali… ,mulai selanjutnya berhati-hatilah agar tidak dikejar oleh pemburu-pemburu itu ….. tapi mereka tak ingin membunuhmu”
Lubak: “kenapa begitu, ia kan membawa senapan”
Penebang pohon: “kamu hanya akan dibuat pingsan dan kamu akan dipelihara di kebunnya untuk memakan kopi dan taimu dijual.”
Lubak : “ ha …… artinya nyawaku tidak terancam?”
Penebang pohon: ”ya … Cuma bedanya kamu terkungkung dan dapat makan enak tanpa bersusah payah.”
Lubak: “aku ingin bebas ….. apa yang bisa kubantu?”
Penebang pohon: “aku ingn seorang istri tapi gadis yang kusuka tidak menyukaiku. Bisakah kamu membantuku!?”
Lubak membisiki sesuatu dan Penebang pohon sepakat.
Ketika seorang gadis memcuci pakaian, Lubak mengambil semua pakaian tersebut dan membawanya lari.
Penebang pohon datang membant mengejar lubak. Ia kembali dengan sekeranjang pakaian. Sang gadis pun bersedia dinikahi. Penebang pohon semakin giat bekerja hingga sanggup membahagiakan istrinya. Mereka dikaruniai dua orng anak yang manis.
Penebang pohon duduk enggan diantara kayu yang baru ditebangnya. Lubak datang menghibur, mereka ngobrol panjang lebar kadang tertawa dan kadang tampak tegang. Penebang pohon menceritakan kesulitannya karena kebutuhan semakin banyak. Lubak menyarankan agar Penebang pohon menanam kopi dan Lubak memakannya. “tugasku makan dan menelorkan kopi luwak, kamulah yang menjualnya. Aku akan membantumu tanpa mengurungku.”
Penebang pohon sangat bahagia, ia mendirikan resto kopi luwak di sebuah gunung, dan para tamu sangat menyayangi si Lubak. Mereka hidup bersama hingga akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar