300(three hundred) sebuah film yang di sutradarai oleh zack snyder pada tahun 2006.
yang di angkat dari komik fantasi perang karangan Frank Miller dan Lynn Varley berdasarkan sejarah nyata peperangan sparta yang di pimpin oleh raja leonidas pada sekitar tahun 480sm melawan pasukan persia yang berjumlah lebih dari 300.000 tentara. Tapi apakah benar mereka hanya yang hanya berjumlah 300.?
Pertempuran Thermopylae adalah pertempuran antara persekutuan negara kota Yunani, dipimpin oleh Raja Leonidas dari Sparta, melawan Kekaisaran Persia pimpinan Xerxes I selama tiga hari, pada invasi kedua Persia ke Yunani di celah pesisir sempit Thermopylae.
Celah Thermopilai adalah celah antara Gunung Oita dan rawa-rawa sepanjang Teluk Mali, Yunani. Pada Celah Thermopilai inilah Leonidas bersama 300 prajurit Sparta dan sekutunya melawan tentara Persia (480 SM).
CARA MUDAH MENDAPATKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Xerxes mengumpulkan pasukan darat dan angkatan laut yang besar untuk menaklukan seluruh Yunani.
Jenderal Athena, Themistokles mengusulkan agar pasukan Yunani yang di pimpin oleh raja leonidas agar bertahan di celah Thermopylae, untuk menghalangi gerak maju pasukan Persia.
Akan tetapi pihak Yunani tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman serangan armada besar Xerxes. Tahun 481 SM, Athena dan tiga puluh kota lain bergabung dalam sebuah liga baru, yaitu Liga Helenik. Liga ini dibentuk sebagai liga pertahanan melawan kekuatan Persia. Pihak Sparta, yang bergabung dengan liga tersebut, mejadi yang paling berpengalaman dari angkatan perang gabungan anti-Persia.
Di musim gugur tahun yang sama, Xerxes bergerak dengan pasukannya ke Sardis, di mana mereka beristirahat di musim dingin, mengumpulkan kekuatan, dan mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Kemudian, di musim semi tahun 480 SM, ia bersama pasukannya menyeberangi Helenspot dengan jembatan Photon (Jembatan dari perahu). Mereka kemudian menyusuri pesisir untuk menuju jantung Yunani.
Setelah tiga hari mengirimkan ratusan ribu prajurit melawan sekumpulan kecil pasukan Yunani, Xerxes mundur untuk berpikir ulang.
Ketika Xerxes dan pasukannya sedang memikirkan strategi untuk menembus garis pertahanan pasukan Yunani di Thermopylae, muncul seorang pengkhianat dari kubu Yunani bernama Ephialtes. Ephialtes menunjukkan kepada pasukan Persia, jalur tersembunyi yang mengarah ke belakang garis pertahanan pasukan Leonidas.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Xerxes mengirimkan seorang komandannya untuk mendaki gunung itu bersama bersama dengan 10.000 orang yang sangat terlatih, petarung elit yang disebut oleh Herodotus sebagai para “Imortal”. Ketika pasukan itu mulai turun dari pegunungan, mereka mulai melingkari pasukan Yunani dari belakang.
Leonidas yang melihat bahwa angkatan perangnya hampir terkepung, menyadari bahwa mereka sudah kalah perang. Dia memerintahkan semua orang, kecuali hanya tiga ratus pasukan Sparta, untuk mundur kembali ke Selatan. Tiga ratus orang Sparta ini, bersama dengan beberapa pasukan dari Thebes, dan Thespia yang menolak pergi, mereka bertempur melawan Xerxes dengan tujuan membendung pasukan Persia untuk sementara.
Pasukan Sparta bertempur sampai tidak ada yang tersisa, sebelumnya mereka sudah mengetahui bahwa mereka akan bertempur sampai mati. Mereka bertarung menggunakan tombak. Sewaktu tombak mereka hancur, mereka bertarung dengan pedang. Begitu pedang patah, mereka bertarung dengan gigi, dan tangan sampai tumbang.
Sejarawan Herodotus memperkirakan bahwa pasukan kecil ii merengut korban jiwa 20.000 pasukan Persia, selain pasukan biasa, para Imortal juga banyak yang tewas, ditambah meninggalnya dua adik Xerxes.
Pertempuran terakhir Leonidas bersama pasukanya mengilhami bangsa Yunani untuk angkat senjata demi kebebasan mereka. Kemenangan-kemenangan mereka atas orang-orang Persia di laut (Salamis), dan di darat (Platea) memastikan bahwa Xerxes adalah penguasa Persia pertama, sekaligus terakhir, yang pernah menginjakkan kaki di tanah Yunani.
Keberanian, dan pengorbanan pasukan Sparta kemudian dikenang dalam epitaf yang diguratkan di atas batu penanda pertempuran terakhir mereka di Thermopylae.
Xerxes mengumpulkan pasukan darat dan angkatan laut yang besar untuk menaklukan seluruh Yunani.
Jenderal Athena, Themistokles mengusulkan agar pasukan Yunani yang di pimpin oleh raja leonidas agar bertahan di celah Thermopylae, untuk menghalangi gerak maju pasukan Persia.
Akan tetapi pihak Yunani tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman serangan armada besar Xerxes. Tahun 481 SM, Athena dan tiga puluh kota lain bergabung dalam sebuah liga baru, yaitu Liga Helenik. Liga ini dibentuk sebagai liga pertahanan melawan kekuatan Persia. Pihak Sparta, yang bergabung dengan liga tersebut, mejadi yang paling berpengalaman dari angkatan perang gabungan anti-Persia.
Di musim gugur tahun yang sama, Xerxes bergerak dengan pasukannya ke Sardis, di mana mereka beristirahat di musim dingin, mengumpulkan kekuatan, dan mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Kemudian, di musim semi tahun 480 SM, ia bersama pasukannya menyeberangi Helenspot dengan jembatan Photon (Jembatan dari perahu). Mereka kemudian menyusuri pesisir untuk menuju jantung Yunani.
Setelah tiga hari mengirimkan ratusan ribu prajurit melawan sekumpulan kecil pasukan Yunani, Xerxes mundur untuk berpikir ulang.
Ketika Xerxes dan pasukannya sedang memikirkan strategi untuk menembus garis pertahanan pasukan Yunani di Thermopylae, muncul seorang pengkhianat dari kubu Yunani bernama Ephialtes. Ephialtes menunjukkan kepada pasukan Persia, jalur tersembunyi yang mengarah ke belakang garis pertahanan pasukan Leonidas.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Xerxes mengirimkan seorang komandannya untuk mendaki gunung itu bersama bersama dengan 10.000 orang yang sangat terlatih, petarung elit yang disebut oleh Herodotus sebagai para “Imortal”. Ketika pasukan itu mulai turun dari pegunungan, mereka mulai melingkari pasukan Yunani dari belakang.
Leonidas yang melihat bahwa angkatan perangnya hampir terkepung, menyadari bahwa mereka sudah kalah perang. Dia memerintahkan semua orang, kecuali hanya tiga ratus pasukan Sparta, untuk mundur kembali ke Selatan. Tiga ratus orang Sparta ini, bersama dengan beberapa pasukan dari Thebes, dan Thespia yang menolak pergi, mereka bertempur melawan Xerxes dengan tujuan membendung pasukan Persia untuk sementara.
Pasukan Sparta bertempur sampai tidak ada yang tersisa, sebelumnya mereka sudah mengetahui bahwa mereka akan bertempur sampai mati. Mereka bertarung menggunakan tombak. Sewaktu tombak mereka hancur, mereka bertarung dengan pedang. Begitu pedang patah, mereka bertarung dengan gigi, dan tangan sampai tumbang.
Sejarawan Herodotus memperkirakan bahwa pasukan kecil ii merengut korban jiwa 20.000 pasukan Persia, selain pasukan biasa, para Imortal juga banyak yang tewas, ditambah meninggalnya dua adik Xerxes.
Pertempuran terakhir Leonidas bersama pasukanya mengilhami bangsa Yunani untuk angkat senjata demi kebebasan mereka. Kemenangan-kemenangan mereka atas orang-orang Persia di laut (Salamis), dan di darat (Platea) memastikan bahwa Xerxes adalah penguasa Persia pertama, sekaligus terakhir, yang pernah menginjakkan kaki di tanah Yunani.
Keberanian, dan pengorbanan pasukan Sparta kemudian dikenang dalam epitaf yang diguratkan di atas batu penanda pertempuran terakhir mereka di Thermopylae.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar